Sheila muntaha
Nuranisa Fitriyani
A.
Pengertian
Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional
Pengertian akuntansi menurut Islam
yaitu lebih mengarahkan pada pembukuan,
pendataan, kerja dan usaha, dan juga merupakan perhitungan perdebatan (tanggung
jawab) hal tersebut berdasarkan yang telah di sepakati, dan selanjutnya penentuan imbalan atau balasan
yang meliputi tindak tanduk dan
pekerjaan, baik yang berkaitan dengan kedunian maupun yang berkaitan dengan
sikeakhirtan.
Pengertian akuntansi yang
berkembang dalam konsep konvesional ialah meliputi pengumpulan dan pembukuan,
penelitian tentang keterangan-keterangan dari berbagai aktifitas. Oleh karena
itu akan lebih jelas bahwa arti muhasabah (akuntansi) dalam islam lebih umum
dan jangkauannya lebih luas, yang meliputi perhitungan dari segi moral dan juga
perhitungan akhirat.
B.
Konsep-Konsep
Akuntansi Syari’ah dan Akuntansi Konvensional
Konsep
akuntansi Islam dan akuntansi konvensional mempunyai sifat dan karakteristik
khusus yang berbeda. Sebab dasar-dasar akuntansi Islam ialah syari’at islam
yang diimplementasikan dikalangan masyarakat muslim, yang prosesnya ditangani
oleh para akuntan yang menkombinasikan kemampuan dan kecakapan dengan kejujuran
bekerja. Jadi kelirulah orang yang menganggap bahwa tidak ada bedanya antara
akuntansi Islam dan akuntansi konvensional.[1]
Hal
ini akan kita bahas lebih rinci setelah penjelasan tentang inti konsep
akuntansi Islam. Sifat-sifat spesifik akuntansi islam diantaranya sebagai
berikut:
1. Kaidah-kaidah
dasar akuntansi islam bersumber dari Al-Qur’an, sunnah Nabawiyah, serta fiqih
para ulama. Oleh karena itu kaidah-kaidah ini memiliki keistimewaan yaitu
permanen dan objektif. Tidak akan berubah, karena dasar kaidah ini berasal dari
Allah dan sesuai untuk segala waktu dan kondisi. Sesuai dengan firman Allah
Al-Mulk ayat 14:
wr& ãNn=÷èt ô`tB t,n=y{ uqèdur ß#Ïܯ=9$# çÎ7sø:$# ÇÊÍÈ
Artinya: “Apakahkah Allah yang menciptakan itu tidak
mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha
Mengetahui?”
Berdasarkan ayai
ini, tidak boleh bagi seorang akuntanpun untuk mengabaikan atau berpaling dari
kaidah-kaidah akuntansi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Assunah, serta Ijma
ulama itu.
Dalam Al-Qur’an
surat Al-Baqarah kita melihat bahwa tekanan Islam dalam kewajiban melakukan
pencatatan adalah:
a. Menjadi
bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar nantinya dalam
menyelesaikan persoalan selanjutnya
b. Menjaga
agar tidak terjadi manipulasi, atau penipuan dalam transaksi maupun hasil dari
transaksi itu (laba)[2]
2. Akuntansi
Islam dilandasi dengan akidah yang kuat, iman, serta pengakuan bahwa Allah itu
adalah Tuhan, Islam adalah agama, Muhammad adalah Nabi dan Rasul, dan Percaya
pada hari akhir. Berdasarkan ini wajiblah bagi setiap akuntan yang menjalankan
berdasarkan proses akuntansi untuk percaya bahwa hata yang ia hitung ialah
harta Allah, dan Allah telah menyuruhnya untuk mencatat perputaran harta itu
seperti pemasukan dan pengeluaran berdasarkan kaidah-kaidah hukum, karena Allah
juga akan menghisabnya pada hari kiamat terhadap sejauh mana ia melaksanakan
pekerjaan ini dengan baik.
3. Akuntansi
Islam berlandaskan pada akhlak yang baik. Karenanya, seorang akuntan yang
melaksanakan proses akuntansi harus mempunyai sifat amanah, jujur netral, adil,
dan profesiaonal. Supaya setiap kliennya merasa tenang terhadap harta dan
terhadap orang yang ia berinteraksi dengannya, hingga ia juga merasa tenang
terhadap dokumen-dokumen penting dan informasi-informasi detil yang diterimanya
dari akuntannya itu.
4. Dalam
Islam seorang akuntan dianggap bertanggung jawab didepan masyarakat dan umat
Islam tentang seberapa jauh kesatuan ekonomi dipengaruhi oleh hukum-hukum
syari’at Islam terutama yang berkaitan dengan mu’amalah. Seorang akuntan juga
bertanggung jawab tentang seberapa jauh usaha untuk merealisasikan kesatuan
ekonomi dengan tujuan-tujuan social. Inilah yang dikenal dengan tanggung jawab
sosial. Jadi seorang akuntan harus menyiapkan laporan-laporan perhitungan
(perakuntansian) yang mengandung informasi-informasi tentang evaluasi usaha, sebab-sebabnya
dasar perbaikan serta perkembangan positif.
5. Berdasarkan
keistimewaan-keistimewaan yang bersifat akidah dan akhlak, akuntansi dalam
Islam berkaitan dengan proses-proses keuangan yang sah. Karenanya setiap proses
yang tidak sah tidak ada tempatnya dalam Islam. Seorang akuntan harus
menyiapkan laporan-laporan tentang hal itu untuk diserahkan kepada pihak yang
berwenang untuk mendisuksikan akibat-akibat dari proses ini, sehingga dapat
menghindari dari kesalahan0kesalahan serupa dimasa mendatang.
6. Akuntansi
dalam Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku sebagai unsur yang
berperan dalam kesatuan ekonomi. Artinya dalam akuntansi Islam ketika
merumuskan undang-undang akuntansi dan petujuk-petunjuk evaluasi kerja, juga
perlu diperhatikan motivasi-motivasi yang manusiawi baik materil maupun moril.[3]
Konsep akuntansi konvensional
diantaranya sebagai berikut:
1. Entitas
Akuntasi (Accoounting Entity)
Dipandang dari
konsep akuntansi, perusahaan merupakan suatu entitas (kesatuan usaha) yang
terpisah dan berdiri sendiri diluar entitas ekonomi lain.
2. Kesinambungan
(Going Concern)
Bahwa perusahaan
diasumsikan tidak berhenti disatu periode saja, melainkan berlanjut terus dan
bukan untuk dijual.
3. Periode
Akuntansi (accounting Period)
Pada mumnya
suatu periode terdiri dari 12 bulan atau satu tahun.
4. Objektif
(Objective)
Bahwa pencatatan
transaksi-transaksi harus didasarkan pada dokumen asli
5. Pengukuran
dalam Satuan Uang (Monetary Measurement Unit)
Bahwa
pengungkapan dan penuangan transaksi harus dinyatakan dalam nilai uang.
6. Harga
Pertukaran (Historical Cost)
Bahwa asset
selalu dicatat dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan atau nilai beli
karena lebih objektif dan mudah untuk pelaporannya.
7. Perbandingan
Beban dengan Pendapatan (Matching Cost Againts Revenue)
Konsep ini
menekankan perlunya menghubungkan beban biaya dengan pendapatan yang diakui
pada periode yang sama.[4]
C.
Komparasi
Akuntansi Syari’ah dan Akuntansi Konvensional
Ada
beberapa pendapat mengatakan tidak ada perbedaan antara akuntansi menurut islam
dan akuntansi menurut kapitalisme, Namun hal tersebut dibantah dan dibuktikan
secara ilmiah dan dengan dalil-dalil yang kuat dari syariat Islam. Hal tersebut
dapat kita lihat dari beberapa segi di antaranya :
1. Persamaan
kaidah akuntansi syari’ah dengan akuntansi konvensional, terdapat pada hal-hal
sebagai berikut:
a. Prinsip
pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi
b. Prinsip
penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan keuangan
c. Prinsip
pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal
d. Prinsip
kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang
e. Prinsip
perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya)
f. Prinsip
continuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan
g. Prinsip
keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan[5]
2. Perbedaan
dari Segi Pengertian
·
Pengertian akuntansi
menurut Islam sendiri yaitu lebih mengarahkan pada pembukuan, pendataan, kerja dan usaha, dan
juga merupakan perhitungan perdebatan (tanggung jawab) hal tersebut berdasarkan
yang telah di sepakati, dan selanjutnya
penentuan imbalan atau balasan yang meliputi tindak tanduk dan pekerjaan, baik yang berkaitan
dengan kedunian maupun yang berkaitan dengan sikeakhirtan.
·
Pengertian akuntansi
yang berkembang dalam konsep konvesional ialah meliputi pengumpulan dan
pembukuan, penelitian tentang keterangan-keterangan dari berbagai aktifitas.
Oleh karena itu akan lebih jelas bahwa arti muhasabah (akuntansi) dalam islam
lebih umum dan jangkauannya lebih luas, yang meliputi perhitungan dari segi
moral dan juga perhitungan akhirat.
3. Perbedaan
dari Segi Tujuan
·
Tujuan-tujuan dari
akuntansi dalam islam:
a. Menjaga
harta yang merupakan hujjah atau bukti ketika terjadi perselisihan.
b. Membantu
mengarahkan kebijaksanaan,
c. Merinci
hasil-hasil usaha untuk penghitungan zakat
d. Penentuan
hak-hak mitra bisnis
e. Dan
juga untuk membantu dalam menetapkan imbalan dan hukuman serta penilaian
evaluasi kerja dan motivasi.
·
Sementara tujuan
akuntansi konvensional diantaranya
a. Menjelaskan
hutang dan piutang
b. Menjelaskan
untung dan rugi
c. Menjelaskan
sentral moneter
d. Membantu
dalam mengambil ketetapan-ketetapan manejament
Dari penjelasan-penjelasan beberapa
segi persamaan dalam beberapa tujuannya. Ini menunjukan keutamaan islam yang
telah meletakan dasar-dasar pokok akuntansi hanya saja, akuntansi islam lebih
di fokuskan untuk membantu individu-individu dalam mengaudit
transaksi-tarnsaksinya dan juga untuk membantu kelompok masyarakat untuk
melakukan muhasah yang bersifat kemasyarakatan serta muhasabah yang di tangani
oleh seorang hakim.
Bahkan lebih dari itu, akuntansi
juga membantu dalam lapanagan dakwah kepada kebaikan seperti amar ma’ruf nahi
mungkar. Semua itu tidak terdapat dalam akuntansi konvensional.
4. Perbedaan
dari Segi Karakteristik
·
Karakteristik akuntansi
islam
a. Akuntansi
dalam islam pada nilai-nilai akidah dan akhlak
b. Akuntansi
menurut islam yang di dasarkan pada kaidah-kaidah yang permanen, yang bersumber
dari sumber-sumber hukum islam
·
Karakteristik akuntansi
konvensioanl
a. Konsep
akuntansi konvensional didasarkan pada ordinasi ( peraturan-peraturan yang
dibuat oleh manusia yang memiliki sifat khilaf/ lupa ).
b. Keterbatasan
ilmu dan wawasan ( pengetahuan ), Maka konsep tersebut labil, tidak permanen.
Jadi, Bagaimanapun
juga, tidak ada mudharat untuk memakai sarana atau media, ketentuan-ketentuan
matemati dan statistik, serta menggunakan instrument-instrumen akuntansi
positif itu dalam lapangan islami. Dapat dilihat dari sini sarana dan cara-cara
yang digunkan dalam suatu akuntan dalam suatu lembaga keuangan islam
kadang-kadang serupa dengan yang digunakan akuntan lain di lembaga keuangan (
Akuntansi Konvensional/ non-Islam ). Akan tetap ini bukan berarti akuntansi
dalam konsep Islam sama dengan akuntansi Konvensional. Sebab contoh ini hanya
sama dengan menggunaka sarana-sarana dan instrument-instrumen, serta mengikuti
prosedur-prosedur dang langkah yang sama.[6]
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas dapat disimpulka bahwa, pengertian akuntansi menurut Islam yaitu
lebih mengarahkan pada pembukuan,
pendataan, kerja dan usaha, dan juga merupakan perhitungan perdebatan (tanggung
jawab) hal tersebut berdasarkan yang telah di sepakati. Sedangkan pengertian
akuntansi yang berkembang dalam konsep konvesional ialah meliputi pengumpulan
dan pembukuan, penelitian tentang keterangan-keterangan dari berbagai aktifitas
saja.
Sudah jelas dari segi konsep
akuntansi syariah dan akuntansi konvensional pun berbeda, kaidah-kaidah dasar
akuntansi islam bersumber dari Al-Qur’an, sunnah Nabawiyah, serta fiqih para
ulama. Akuntansi dalam islam lebih mengutamakan pada nilai-nilai akidah dan
akhlak. Sedangkan konsep akuntansi konvensional didasarkan pada ordinasi (
peraturan-peraturan yang dibuat oleh manusia yang memiliki sifat khilaf/ lupa
). Dan banyak pula perbedaan dari berbagai segi periode, harga pertukaran dan
lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.re.or.id/sistem-informasi-akuntansi-konsep-dasar-akuntansi.htm
Syahatah, Husein.
2001. Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi
Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana
Harahap, Sofyan
Syafri. 2004. Akuntansi Islam.
Jakarta: PT Bumi Aksara
[1] Husein Syahatah, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam,
(Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001), hlm.54
[2] Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2004) hlm. 142
[3] Ibid, hlm. 55-57
[4] http://blog.re.or.id/sistem-informasi-akuntansi-konsep-dasar-akuntansi.htm
[5] Husein Syahatah, Op.Cit,
hlm.
[6] Husein Syahatah, Op.Cit,
hlm. 58-59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar